Agak aneh mungkin terdengarnya bagi
kalangan medis, tetapi begitulah kenyataannya........tantangan bagi para
peneliti yang pendapatnya masih simpang siur dalam membahas perihal
rokok, agar tidak berlama-lama bangsa kita bersikap munafik, sementara
rokok selalu terjual laris di mana saja walaupun harganya semakin
menggila akibat tekanan cukai yang semakin mencekik. Ancaman sakit parah
sampai kematian yang tertera di setiap bungkus rokok yang diinisiasi
departemen kesehatan sampai aturan penjualan rokok yang semakin ketat
(hal ini mengancam industri rokok sekaligus mematikan usaha para petani
tembakau dan para pedagang kecil) rupanya tidak akan pernah menghentikan
kebiasaan para perokok untuk merokok setiap hari di negri ini.
Belum
sinkronnya teori para dokter yang sekolahnya mahal-mahal dengan
kenyataan sehari-hari di lapangan justru membuat banyak anggota
masyarakat yang kurang atau bahkan tidak percaya lagi kepada para
dokter.
Sekali lagi tentang rokok , penulis di usia yang lumayan dewasa ini telah banyak berkenalan dengan
tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama maupun spiritual yang umumnya bisa dibilang
perokok berat (rata-rata sehari tidak kurang dari 3 sampai 5 pak rokok
bahkan lebih), tetapi rata-rata usianya panjang-panjang .Dan mereka semua meninggal tidak karena sakit yang
disebabkan rokok seperti kanker, paru-paru, jantung dsb.
Sebagai contoh misalnya (gambar di atas), Eyang Tjitro Donosasmito, seorang tokoh terkenal dari desa Papringan kecamatan Klakah kabupaten Lumajang yang penulis kenal sejak tahun 1980, beliau banyak dikenal para petinggi negri mulai Bupati/Walikota sampai Gubernur Jawa Timur, juga para pejabat yang membutuhkan beliau sebagai tokoh spiritual. Beliau meninggal dunia pada bulan Juni 2016 pada usia 117 tahun bukan karena penyakit jantung ataupun paru-paru, padahal beliau betul-betul perokok berat.
Hampir setiap hari jika beliau tidak sedang pergi ke luar kota alias sedang di rumah, beliau selalu kedatangan tamu-tamu yang rata-rata membutuhkan pertolongan beliau dalam mengatasi banyak masalah. Itu terjadi bisa siang sore atau malam atau bahkan semalam suntuk sekalipun. Istimewanya, selama melayani para tamu tersebut beliau selalu sambil menghisap rokok dan sekali sekali minum kopi, jarang beliau menyentuh makanan yang tersaji yang biasanya dibawa/disediakan oleh para tamu itu sendiri.
Yang belum lama ini terjadi yaitu meninggalnya tetangga penulis (sama-sama warga RT 02), beliau bernama bapak Slamet Anyong, meninggal dunia di usia 96 tahun, beliau perokok berat yang kadang kala juga menyukai minuman beralkohol.
Ayah penulis
juga perokok (walau bukan perokok berat), meninggal pada usia 85 th
dengan tenang karena memang sudah menduga sebelumnya, keluhan sakitnya ya karena fisik yang memang sudah renta.
Itu semua cuma contoh kecil dari sekian banyak perokok yang meninggalnya bukan karena merokok.
Ya bukan tidak mungkin karena merokok bisa menyebabkan seseorang meninggal dunia, jangankan rokok, kuman yang begitu kecil pun kalau Tuhan menghendaki bisa saja menyebabkan kematian pada seseorang manusia. Jadi, kita sebagai manusia, bijak-bijaklah membuat aturan, jangan terlalu cepat memfonis, apalagi mengharuskan kami (terutama para pedagang) bersikap munafik, mengharapkan barang kita laku terjual (dengan harga tinggi yang itu menyumbang devisa negara begitu besar) tapi tertulis/tergambar di situ bahwa barang itu akan membunuh pembeli.........
Di sisi lain, penulis juga mendapatkan pengetahuan bahwa lewat hidungpun (dengan menghirup sesuatu / merokok) seseorang bahkan bisa mendapatkan kesembuhan, contoh kasus pada sakit asma yang bisa disembuhkan dengan menghisap rokok herbal, bisa juga seseorang terhindar dari stress, bisa sembuh dari sakit gigi dll. bisa fokus pada sesuatu masalah, mudah mendapatkan inspirasi dan masih banyak lagi hal lain yang positiv.
Setelah lama penulis merenung disamping browsing, akhirnya muncul pemikiran tentang bagaimana menciptakan sesuatu yang baru yang bisa lebih bermanfaat bagi kehidupan bersama ditengah masyarakat agar lebih sehat. Rupanya hal ini juga telah menginspirasi banyak orang sebab ternyata di beberapa tempat juga telah muncul produk-produk serupa yaitu yang kita kenal dengan sebutan Rokok Herbal atau Rokok Rempah.
Penulis sendiri aktif dibidang herbal sejak sekitar tahun 1980-an, jualan jamu seduh, pernah juga menjadi tokoh pembina Toga di kampung, akhirnya ingin ikut berkecimpung dalam menciptakan Rokok herbal yang penulis lebih cenderung menamakannya dengan Rokok Jamu.
Rokok Jamu yang penulis produksi sama sekali tidak terbuat dari tembakau yang mengandung nikotin yang bisa menimbulkan ketagihan (adiktiv). Kami menggantinya dengan sejenis daun talas dan meramunya dengan aneka herbal yang banyak bersifat membantu penyembuhan berbagai penyakit, tentu saja dengan mempelajari hasil pengalaman sendiri ataupun pengetahuan secara empiris.
Sementara produk yang kami upload adalah yang kami beri brand Mardi Lerem, Mardi Laras dan Mardi Waras