Selasa, 15 Oktober 2024

MEROKOK MEMBUNUHMU ......??? APA BENAR...???

 


 Agak aneh mungkin terdengarnya bagi kalangan medis, tetapi begitulah kenyataannya........tantangan bagi para peneliti yang pendapatnya masih simpang siur dalam membahas  perihal rokok, agar tidak berlama-lama bangsa kita bersikap munafik, sementara rokok selalu terjual laris di mana saja walaupun harganya semakin menggila akibat tekanan cukai yang semakin mencekik. Ancaman sakit parah sampai kematian yang tertera di setiap bungkus rokok yang diinisiasi departemen kesehatan sampai aturan penjualan rokok yang semakin ketat (hal ini mengancam industri rokok sekaligus mematikan usaha para petani tembakau dan para pedagang kecil) rupanya tidak akan pernah menghentikan kebiasaan para perokok untuk merokok setiap hari di negri ini.

Belum sinkronnya teori para dokter yang sekolahnya mahal-mahal dengan kenyataan sehari-hari di lapangan justru membuat banyak anggota masyarakat yang kurang atau bahkan tidak percaya lagi kepada para dokter. 
Sekali lagi tentang rokok , penulis di usia yang lumayan dewasa ini telah banyak berkenalan dengan tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama maupun spiritual yang umumnya bisa dibilang perokok berat (rata-rata sehari tidak kurang dari 3 sampai 5 pak rokok bahkan lebih), tetapi rata-rata usianya panjang-panjang .Dan mereka semua meninggal tidak karena sakit yang disebabkan rokok seperti kanker, paru-paru, jantung dsb.
 
Sebagai contoh misalnya (gambar di atas), Eyang Tjitro Donosasmito, seorang tokoh terkenal dari desa Papringan kecamatan Klakah kabupaten Lumajang yang penulis kenal sejak tahun 1980, beliau banyak dikenal para petinggi negri mulai Bupati/Walikota sampai Gubernur Jawa Timur, juga para pejabat yang membutuhkan beliau sebagai tokoh spiritual. Beliau meninggal dunia pada bulan Juni 2016 pada usia 117 tahun bukan karena penyakit jantung ataupun paru-paru, padahal beliau betul-betul perokok berat.
Hampir setiap hari jika beliau tidak sedang pergi ke luar kota alias sedang di rumah, beliau selalu kedatangan tamu-tamu yang rata-rata membutuhkan pertolongan beliau dalam mengatasi banyak masalah. Itu terjadi bisa siang  sore atau malam atau bahkan semalam suntuk sekalipun. Istimewanya, selama melayani para tamu tersebut beliau selalu sambil menghisap rokok dan sekali sekali minum kopi, jarang beliau menyentuh makanan yang tersaji yang biasanya dibawa/disediakan oleh para tamu itu sendiri. 
Yang belum lama ini terjadi yaitu meninggalnya tetangga penulis (sama-sama warga RT 02), beliau bernama bapak Slamet Anyong, meninggal dunia di usia 96 tahun, beliau perokok berat yang kadang kala juga menyukai minuman beralkohol.
Ayah penulis juga perokok (walau bukan perokok berat), meninggal pada usia 85 th dengan tenang karena memang sudah menduga sebelumnya, keluhan sakitnya ya karena fisik yang memang sudah renta.
Itu semua cuma contoh kecil dari sekian banyak perokok yang meninggalnya bukan karena merokok.
Ya bukan tidak mungkin karena merokok bisa menyebabkan seseorang meninggal dunia, jangankan rokok, kuman yang begitu kecil pun kalau Tuhan menghendaki bisa saja menyebabkan kematian pada seseorang manusia. Jadi, kita sebagai manusia, bijak-bijaklah membuat aturan, jangan terlalu cepat memfonis, apalagi mengharuskan kami (terutama para pedagang) bersikap munafik, mengharapkan barang kita laku terjual (dengan harga tinggi yang itu menyumbang devisa negara begitu besar) tapi tertulis/tergambar di situ bahwa barang itu akan membunuh pembeli.........
Di sisi lain, penulis juga mendapatkan pengetahuan bahwa lewat hidungpun (dengan menghirup sesuatu / merokok) seseorang bahkan bisa mendapatkan kesembuhan, contoh kasus pada sakit asma yang bisa disembuhkan dengan menghisap rokok herbal, bisa juga seseorang terhindar dari stress, bisa sembuh dari sakit gigi dll. bisa fokus pada sesuatu masalah, mudah mendapatkan inspirasi dan masih banyak lagi hal lain yang positiv.
Setelah lama penulis merenung disamping browsing, akhirnya muncul pemikiran tentang bagaimana menciptakan sesuatu yang baru yang bisa lebih bermanfaat bagi kehidupan bersama ditengah masyarakat agar lebih sehat. Rupanya hal ini juga telah menginspirasi banyak orang sebab ternyata di beberapa tempat juga telah muncul produk-produk serupa yaitu yang kita kenal dengan sebutan Rokok Herbal atau Rokok Rempah.
Penulis sendiri aktif dibidang herbal sejak sekitar tahun 1980-an, jualan jamu seduh, pernah juga menjadi tokoh pembina Toga di kampung, akhirnya ingin ikut berkecimpung dalam  menciptakan Rokok herbal yang penulis lebih cenderung menamakannya dengan Rokok Jamu.
Rokok Jamu yang penulis produksi sama sekali tidak terbuat dari tembakau yang mengandung nikotin yang bisa menimbulkan ketagihan (adiktiv). Kami menggantinya dengan sejenis daun talas dan meramunya dengan aneka herbal yang banyak bersifat membantu penyembuhan berbagai penyakit, tentu saja dengan mempelajari hasil pengalaman sendiri ataupun pengetahuan secara empiris.
Sementara produk yang kami upload adalah yang kami beri brand Mardi Lerem, Mardi Laras dan Mardi Waras

Senin, 22 November 2021

JADILAH MASYARAKAT YANG TANGGAP DAN TANGGUH

    Belum lama ini kita menyaksikan bagaimana kiat Pemerintah dalam upaya menggerakkan dan mengembangkan BUMN-BUMN di negeri ini, simak saja tayangan di link ini :

https://youtu.be/-a8lrDF14zo

     Baik dari laporan menteri maupun dari arahan Presiden, kita semua bisa menyadari betapa nyata komitmen mereka pada goal yang akan dicapai yang semua diharapkan bermuara pada kesejahteraan rakyat Indonesia secara adil dan merata. Apabila semula negeri kita yang kaya raya dengan sumber daya alam ini hanya mampu berkutat menjadi tukang gali tambang (tembaga, emas, batu bara, nikel dsb.), tukang tanam tanaman bernilai tinggi (sawit, kayu, karet dsb), hanya mampu menyediakan bahan mentah, hari ini pemerintah (sesuai arahan Presiden) ingin dan mulai merintis semua komoditas itu ke sistem hilirisasi, kita harus mampu menghadirkan barang jadi atau paling tidak setengah jadi untuk memenuhi kebutuhan domestik maupun manca negara. Dalam arti lain, dari yang semula bangsa kita hanya jadi kuli penyedia bahan mentah, karena faktanya yang jadi boss adalah mereka yang punya modal (umumnya orang-orang asing), maka dijaman merdeka seperti sekarang, setelah melalui berbagai cara pemerintah mulai berupaya agar kepemilikan sumber-sumber daya alam itu bergeser menjadi milik pemerintah atau swasta dalam negeri, saatnyalah kita harus bangkit mengupayakan semua produksi yang berawal dari sumber daya alam Indonesia ini bisa diproses oleh bangsa kita sendiri untuk dijadikan barang-barang yang siap dikonsumsi atau digunakan baik secara domestik maupun internasional. Saatnya kita harus bisa memproses semua barang produksi itu dari hulu sampai hilir, sehingga diharapkan bangsa ini bisa menjadi tuan di negri sendiri.

        Di bidang kesehatan, telah banyak dan akan semakin banyak dilahirkan para tenaga ahli di bidang ini, baik sebagai dokter maupun para ahli farmasi yang pengetahuannya sudah tidak kalah dengan ahli-ahli dari luar negeri, namun dalam keseharian masih nampak jelas bahwa yang mereka gunakan baik peralatan maupun obat-obatan hampir semuanya didatangkan dari luar negeri yang pasti harganya lebih tinggi. Padahal semua itu paling banyak bahan bakunya sudah ada di negeri ini, baik itu macam peralatan maupun jenis obat-obatan yang digunakan. Di jaman berkembangnya covid-19 inipun sangat jelas terbaca, betapa besarnya biaya yang ditanggung pemerintah maupun masyarakat, karena mulai dari APD, peralatan medis (alat tes dsb.), alat-alat kedokteran, obat-obatan, vaksin dsb. semua didatangkan dari luar, paling-paling hanya peti mati yang dibuat di dalam negeri.

Menyikapi hadirnya pandemi di negeri kita (walaupun di luar negeri juga sedang menghantui) yang saat ini sedang melandai, pemerintah tak henti-hentinya menghimbau kepada masyarakat untuk tetap waspada agar kita bisa tetap tangguh dalam menghadapi kemungkinan berkembangnya Covid-19 gelombang ke 3 (yang kabarnya lebih menular). Pengalaman pahit di gelombang ke 2 ( sekitar bulan Juni sampai September 2021 yang lalu), yang banyak menelan korban (yang sakit sampai yang meninggal dunia) baik itu handai taulan, tetangga bahkan sampai anggota keluarga sendiri, hendaknya menjadi pelajaran berharga buat kita semua yang masih selamat. Saat ditulisnya naskah ini, negri tetangga kita Singapura, Malaysia dan juga Australia sedang mengalami peningkatan jumlah kasus aktif, sedang di negri kita jumlahnya secara global menurun (walau di beberapa provinsi ada kenaikan).

Sebagai masyarakat yang tanggap terhadap situasi dan kondisi yang berkembang setiap saat, kita hendaknya membangun sikap-sikap keteladanan positip baik yang sesuai himbauan pemerintah maupun terhadap lingkungan masing-masing, untuk bisa saling menjaga kesehatan dan juga saling tolong-menolong jika terjadi musibah. Faktor kesehatan harus benar-benar mendapat porsi perhatian yang lebih, baik itu bagi diri sendiri maupun lingkungannya. Penerapan prokes dengan 3 M dilengkapi vaksin yang tuntas, serta disiplin menjalani pola hidup sehat dan menjaga kebersihan (juga selalu diiringi do'a menurut cara masing-masing) semoga bisa menjadi sarana penyelamatan kita semua dari musibah pandemi ini.

Tidak lepas dari upaya penyelamatan dari musibah gelombang ke 3 di atas, penulis juga menghadirkan dan menyiapkan sesuatu yang bisa pembaca lihat di Sini dan juga yang ini.

 

Minggu, 08 Agustus 2021

Langkah goyah yang masih terarah

 


Di usia senja (menurut pendapat rata-rata manusia sekarang) yang sedang aku jalani ini, baru kali ini kita mengalami suatu keadaan penderitaan yang mengglobal sama di seluruh dunia yakni serangan wabah virus penyebab penyakit yang menular cepat dan banyak mengakibatkan kematian. Sedari kecil aku mendengar adanya serangan penyakit yang cepat menular dan sebagian banyak menimbulkan kematian, kalau dulu disebut pagebluk dan bersifat lokal, tetapi tidak seperti yang sekarang terjadi, selain menyebar ke seluruh dunia, juga masa berlangsungnya tidak pernah bisa diprediksi. Sesuai dengan namanya Covid-19 yang terdeteksi sejak tahun 2019 di kota Wuhan RRC dan masuk di Indonesia sejak 2 Maret 2020, maka pada saat tulisan ini dibuat masih banyak negara yang kelabakan menghadapi pandemi ini tak terkecuali Indonesia, yang walaupun sudah berhasil melaksanakan vaksinasi dimana-mana disertai upaya PPKM dan penegakan protokol kesehatan yang semakin dipertegas, alhasil, tingkat penularan masih sangat tinggi begitu pula angka kematian masih di atas seribu tiap hari. Suatu hal yang cukup memprihatinkan kalau ditinjau dari banyak hal (perkembangan generasi masa depan, pendidikan, lapangan pekerjaan, ekonomi dsb.)

Tergerak hasrat untuk ikut mengabdi walaupun dengan cara sendiri tanpa ingin dipuji, penulis berupaya mencari tahu sedetail-detailnya perihal virus Covid-19 ini walau hanya sebatas langkah yang bisa penulis lakukan, dan lalu penulis mencoba secara mandiri membantu mencarikan solusi lewat pengobatan tradisional berdasarkan semua pengetahuan yang masih bisa diingat dan pengalaman masa lalu yang lumayan panjang (penulis lahir tahun 1947). Dari hasil pengalaman dan pengetahuan secara empiris penulis mencoba menciptakan produk-produk berbahan baku herbal tradisional yang secara turun temurun sebenarnya sudah dikenal namun banyak dilupakan karena munculnya produk-produk baru (apalagi yang berbau luar negri) yang lebih mentereng, lebih meyakinkan (agaknya??). Produk-produk ini tidak untuk bersaing dengan obat-obatan yang digunakan para dokter, tetapi sekedar ikut membantu upaya penyembuhan bagi para penderita baik bagi yang sakit akibat Covid-19 maupun penyakit-penyakit lainnya.

Untuk membantu mengatasi gejala-gejala yang ditimbulkan Covid-19 penulis menghadirkan Cap Sam Ling , dengan merebaknya varian Delta maka penulis memproduksi San Boo Ling. 

Sebagai pendamping upaya untuk menyehatkan masyarakat maka penulis juga menyediakan Pung Q-lor Caps, ketiga produk diatas dalam bentuk kapsul. Adapun produk dalam bentuk cair (minuman), ada Zam Ze Gar, Teh Kembang Telang, dan Q-lor Sin Lemon.

Bagi yang ingin tahu spesifikasi lebih lanjut dari masing-masing produk, atau ingin membuktikan khasiatnya silahkan meng-klik nama-nama di atas.

Jumat, 22 Januari 2021

Apalagi yang bisa kita lakukan ?????

Sudah 11 bulan pandemi Covid-19 melanda negeri ini sejak bulan Maret 2020 yang lalu, tak ada tanda-tanda bahwa dia akan berlalu. Sampai hari ini kita semua menyadari bahwa keberadaan penyakit yang satu ini memang sangat istimewa, berbeda dengan semua jenis penyakit yang lain baik yang disebabkan oleh kuman, baksil, bakteri maupun virus. Seluruh dunia bergetar hebat dalam menanggulangi kehadiran virus Corona ini, bahkan negara yang paling adidaya pun rasanya tak mampu menghadapi penyebarannya. Sampai saat ditulisnya risalah ini (22 Januari 2021), Amerika Serikat, salah satu negara yang kita kenal paling canggih, paling modern teknologinya pun ternyata malah yang paling banyak mengalami penyebaran penyakit ini. Tercatat ada sejumlah 24,7 juta penduduk yang terpapar, dengan rata-rata penambahan kasus setiap hari sekitar 188,110 orang yang terkonfirmasi.

Segala upaya telah dilakukan di semua negara termasuk Indonesia ini yang sejak awal (mulai bulan Maret 2020) telah banyak berupaya dengan segala cara agar pandemi ini tidak berkembang, agar putus mata rantai penularannya, agar masyarakat ini terhindar dari paparan Corona, agar bangsa ini terbebas dari penderitaan akibat berkembangnya penyakit ini. Walaupun tidak melaksanakan lock down, namun negeri kita dengan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) pun ternyata tingkat perekonomian tetap mengalami penurunan sampai tinggal 2%. Hampir semua jenis lapangan kerja terhambat proses perjalanannya, tersendat atau terhenti aktifitasnya bahkan ada yang bangkrut sama sekali. Memang ada pula jenis pekerjaan yang mengalami kemajuan misalnya jasa pengantaran barang, Rumah Sakit pun semakin sibuk bahkan sampai menolak pasien karena tempatnya sudah penuh. Akan tetapi secara mayoritas dari semua jenis lapangan kerja, mulai penjual makanan, transportasi, perkantoran, pasar, maal, pariwisata dengan segala penunjangnya, sampai pekerja seni dan sebagainya semua terkendala dengan adanya Covid-19 ini. Para ahli dan juga tentunya pemerintah telah melakukan berbagai terobosan guna penanggulangan kiprah virus ini beserta seluruh dampak negatifnya. Bukannya tanpa hasil, semua itu ada hasilnya. Tetapi dari semua keberhasilan itu ternyata belum mampu mengimbangi laju perkembangan penularan virus ini termasuk kerusakan yang ditimbulkannya pada tubuh manusia. Virus bermutasi menjadi semakin ganas perusakannya dan semakin cepat penularannya.

Akhir-akhir ini telah dimulai pemberian vaksin kepada masyarakat (mulai 13 Januari 2021, dan Presiden Joko Widodo berkenan mengawali paling pertama menerima suntikan vaksin), namun kasus penularan tetap berlanjut dan penambahan jumlahnya semakin seru, begitu pula angka kematian sudah mencapai angka 200 sampai 300-an perhari. Mungkinkah hal semacam ini bisa  berakhir cepat atau lambat ??? Memang, tak satupun dari semua ciptaan Tuhan yang ada ini akan abadi, semua mengenal awal dan akhir termasuk munculnya virus Corona. Akan tetapi sebagaimana virus-virus yang lain yang sekarang masih ada seperti virus flu burung, hepatitis, Sars, juga virus penyebab Flu dll. kiranya baru  akan bisa punah bersama kepunahan manusia itu sendiri. 

Maka dari itu upaya yang dilakukan adalah memutus mata rantai penularannya baik melalui kegiatan 3 T ( Testing, Tracing, Treadmet) maupun 3 M ( Mencuci tangan dengan sabun, Memakai masker, dan Menjaga jarak), serta pelaksanaan PSBB sampai PPKM yang sampai detik ini masih berlanjut.

Nah apalagi yang akan dilakukan pemerintah bersama masyarakat berikutnya ??? Kita tunggu saja lakon berikutnya.

Penulis hanya mengajak dan menyarankan agar kita semua selalu berupaya meningkatkan daya tahan tubuh masing-masing, sebab sepengetahuan penulis, virus hanya bisa dilawan dengan daya tahan tubuh yang tangguh. Untuk dapatnya membangun daya tahan tubuh yang baik, Tuhan YME telah banyak menyediakan bahan di sekeliling kita baik itu berupa tumbuh-tumbuhan (KLIK DI SINI), udara yang sehat serta bahan-bahan mineral yang tersimpan di bumi, tinggal kita yang harus mencari dan memanfaatkannya. Tentang kebugaran, kesehatan, kekuatan dan keselamatan, semua sudah gratis diberikan oleh Tuhan YME, tinggal bagaimana menjaganya.

Salam sejahtera...


Rabu, 13 Januari 2016

Sangat Ironis .......

Melalui situs ini penulis ingin mengumandangkan kembali penggunaan obat-obat asli peninggalan nenek moyang di Nusantara ini, selain sebagai langkah awal dalam keikutsertaan menjunjung tinggi nilai-nilai keilmuan dan budaya leluhur yang jarang dimiliki bangsa-bangsa lain di dunia ini, juga dalam rangka mengembangkan semuanya itu sesuai dengan kebutuhan jaman. Kita tahu bahwa bumi Nusantara yang subur dan beriklim tropis ini sangat memungkinkan bagi tumbuh suburnya berbagai macam tanaman yang berkhasiat obat. Hutan belantara yang membentang luas hampir di semua pulau jelas menunjukkan besarnya kekayaan negeri kita termasuk utamanya dalam hal ketersediaan jumlah dan macam tanaman obat yang ada di dalamnya. Sungguh suatu hal yang ironis sekali jika di negeri tercinta ini masih banyak penghuni yang menderita sakit dan tak kunjung sembuh hanya karena tak tahu apa obatnya.


Bagaimana kesembuhan akan datang ???

Kesembuhan adalah mutlak kehendak Tuhan YME. Namun sesuai hukum sebab akibat, kesembuhan tidaklah datang begitu saja, ia harus diupayakan. Sakit harus diobati, baik dengan cara dan sarana yang sangat sederhana sampai dengan yang paling canggih dan mahal Padahal sakit adalah salah satu cobaan dalam hidup. Kita pernah dengar bahwa Tuhan tidaklah akan memberi cobaan melainkan sebatas kemampuan yang Tuhan berikan kepada kita. Itulah sebabnya sering kita dengar dan lihat seseorang yang kaya raya menghabiskan kekayaannya demi kesembuhan dari penyakitnya, begitu kekayaannya ludes, ternyata hanya dengan pengobatan yang sederhana dan murah justru ia menjadi sembuh. Memang secara logika obat yang mahal biasanya lebih akurat dalam hal penyembuhan karena bahan dan pembuatannya pun memerlukan biaya mahal, namun tetap saja ia tidak akan pernah menjadi penyembuh yang pasti dan mutlak. Sebab jika demikian halnya maka hanya orang-orang yang mampu membeli obat mahal saja yang bisa sembuh total dan berusia panjang atau bahkan tidak bisa mati.

Back to nature

Pengenalan bahan dan cara pengobatan penyakit kiranya sudah ada semenjak dimulainya sejarah kehidupan manusia, sejak jaman purba sampai sekarang, dan itu selalu berkembang selaras dengan perkembangan budaya manusia dan jamannya. Disamping penemuan-penemuan baru dalam penyediaan bahan dan cara-cara pengobatan, maka banyak pula langkah-langkah penggalian ilmu pengetahuan tentang hal tersebut dengan bersumber dari kebudayaan lama yang ternyata masih sangat relevan dengan penanggulangan berbagai penyakit masa kini. Bahkan dengan semakin banyaknya diketemukan bahaya atau resiko penggunaan bahan dan cara pengobatan modern dimana-mana, banyak para ahli pengobatan yang justru menyarankan melalui slogan “Back to nature” agar kita lebih banyak menggunakan bahan dan cara pengobatan lama atau kuno yang ternyata lebih aman. 
Sarang semut, yang telah digunakan penduduk Papua selama ber abad-abad bahkan mungkin sudah ribuan tahun kiranya kini menjadi bahan obat yang mulai populer di kalangan kaum elit. Daun kelor, yang oleh sebagian besar masyarakat jaman dulu secara mistik dikenal mempunyai energi yang dapat menghilangkan pengaruh negatif /jahat pada jasad orang yang meninggal dunia (orang Jawa menyebut Lelembut), ternyata merupakan pesan rahasia untuk menyatakan bahwa daun kelor memiliki kandungan nutrisi yang amat kaya dan lengkap yang sangat diperlukan bagi kebutuhan pertumbuhan dan kesehatan tubuh manusia.Ternyata kandungan zat dalam tanaman ini mampu mengusir unsur-unsur penyebab penyakit seperti kuman, baksil, ataupun virus yang semuanya tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.
Begitu pula sambiloto (sandilata) yang tertera dalam kitab Sri Rama, dikisahkan mampu menyembuhkan luka-luka bala tentara kera  yang kalah melawan para raksasa, bahkan juga mampu menghidupkan yang telah tewas. Cerita tersebut kiranya untuk menyatakan betapa mujarabnya khasiat obat yang dikandung oleh daun sambiloto. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya penelitian yang menyimpulkan bahwa kandungan zat dalam tanaman ini mampu mengatasi banyak penyakit yang sering diderita manusia. Demikian pula kunyit yang dulu pernah dijadikan bahan anti infeksi pada saat dukun mengkhitan seorang anak, untuk memotong/mengkhitan alat kelamin maka sang dukun menggunakan welat (pisau dari kulit bambu) yang diiriskan terlebih dahulu pada rimpang kunyit.
Sudah saatnya kita semua kembali memperhatikan dan memperhitungkan segala apa yang ada dan terjadi di alam ini, sambil selalu mengingat sang Maha Pencipta menurut keyakinan yang ada di hati masing-masing. Salam sejahtera untuk saudaraku sebangsa dan setanah air.